Cover 4

Doa yang Terapung

Doa yang Terapung: Cerpen Pilihan KOMPAS 2018

2019

Ratings1

Average rating3

15

Cerpen favorit saya di kumpulan ini ada dua:
Opera Sekar Jagad (Kurnia Effendi) dan Durian Ayah (Rizki Turama). Keduanya tidak pretensius: premisnya natural dan penulisannya menyenangkan untuk diikuti. Ini pembukanya:

“Tangannya yang basah dan licin oleh sabun ikut tertegun. Ia mengenali kain dalam remasannya: batik tulis sekar jagad yang dia bikin hampir empat tahun lalu. .... Punya siapa? Ia tak pernah sengaja menghafalkan baju-baju milik pelanggan yang dia cuci dan setrika.” —Opera Sekar Jagad

“Di antara semua pohon yang ditanam ayah, hanya durian yang sampai sekarang belum berbuah. Padahal tangan ayah setahuku cukup dingin. Karena itulah, perihal durian yang tak kunjung berbuah ini menjadi sesuatu yang cukup mengganjal hati ayah.” —Durian Ayah

Beberapa cerpen lain punya kalimat pembuka yang menarik perhatian, tapi akhirnya tidak semenarik dua cerpen di atas. Misalnya,

“Setelah sholat tahajud, Gus Dar merasa mendapat pesan yang sudah lama ditunggu: kau akan mati pada saat berziarah di salah satu makam wali.” —Ziarah Terakhir Gus Dar (Triyanto Triwikromo)

“Tahukah dikau rasanya membunuh seseorang yang sedang makan lalampa pada gigitan pertama, tepat ketika potongan ketan berisi ikan itu melewati tenggorokannya? Aku tahu rasanya, karena akulah yang membunuhnya.” —GoKill (Seno Gumira Ajidarma)

Menurut saya sih yang betul kerongkongan, bukan tenggorokan. Tapi bebas lah.

“Apakah doa punya aroma? Setiap kali pertanyaan ini datang menggoda, aku akan teringat seorang tukang doa yang setia di masa kecilku. Entah mengapa, tiap kali mengingatnya, lafaz doa serasa bangkit bersama aroma yang membubung dari hidung ke dalam batin.” —Aroma Doa Bilal Jawad (Raudal Tanjung Banua)

Cerpen Doa ini adalah satu dari dua cerpen terbaik pilihan Kompas, bersama dengan cerpennya Faisal Oddang, Kapotjes dan Batu yang Terapung. Kombinasi judul dua cerpen inilah yang menjadi judul buku ini.

Beberapa cerpen lain lagi punya judul yang lebih menarik, walaupun lagi-lagi secara keseluruhan isinya bukan favorit saya. Misalnya:

Laki-laki yang Kawin dengan Babi (Mashdar Zainal)
Cara-cara Klise Berumah Tangga (Novka Kuaranita)
Lelaki yang Menderita bila Dipuji (Ahmad Tohari)

Lalu ada juga satu kutipan menarik dari Ayat Kopi, cerpennya Joko Pinurbo:

“Saya bingung, ajaran sesat mana yang saya sebarkan. Komandan pemuda setempat menunjukkan sesobek kertas bertuliskan, ‘Rayakanlah setiap rezeki dengan ngopi agar bahagia hidupmu nanti.'”

Ini buku kumpulan cerpen yang isinya memang beragam. Saya beri rating 3 bintang.

July 26, 2019Report this review