Cover 0

Six Truths and a Lie

Six Truths and a Lie

2024

Pada peringatan 4 Juli, sejumlah siswa muslim berkumpul di pantai untuk merayakannya di pantai. Tanpa terduga terjadi ledakan pada anjungan minyak lepas pantai dan dermaga di pantai tempat perayaan tersebut.
Enam siswa diamankan ke kantor polisi. Qays, seorang bintang sepakbola sekolah. Muzhda, anak imigran dari Afganistan yang ijin tinggalnya kadaluarsa. Samia, selebgram dengan banyak pengikut. Abdullahi, teman masa kecil Samia, yang berada di tempat yang salah di waktu yang salah. Nasreen, anak perempuan sempurna dengan rahasia kecil. Zamzam yang berada disana karena adiknya, Jamal ikut meramaikan perayaan.
Keenamnya menghadapi tuduhan terorisme karena prasangka terhadap muslim, dan dihadapkan pada pilihan pembebasan dari tuduhan apabila menunjuk salah satu dari lima siswa lainnya untuk menanggung kesalahan. Jadi mereka masing-masing harus menjebak satu siswa lainnya demi membeli kebebasan.
Buku ini mengingatkan aku pada All My Rage karya Sabaa Tahir, dimana umumnya penegak hukum yang kebanyakan kulit putih di Amerika Serikat selalu memiliki prasangka terhadap kulit berwarna, khususnya muslim. Ditambah dengan terlibatnya FBI dengan agenda politiknya, harus ada yang disalahkan pada peristiwa peledakan di pantai California tersebut.
Buatku, awalnya agak bingung, dengan enak karakter yang langsung dikenalkan oleh penulis beserta info-dump, walau masing-masing karakter memiliki POV sendiri-sendiri. Awalnya pun, belum ada kejelasan apa yang sebenarnya terjadi di pantai hingga membuat polisi menahan keenam anak remaja ini.
Memasuki 80% buku, penulis menjatuhkan plot twist yang seharusnya bisa kuduga, karena dari awal aku sudah merasa ada yang janggal, kurang sesuai antara kejadian awal dengan kejadian selanjutnya. Setelah itu barulah semua masuk akal. Namun sungguh menyesakkan hati