Ratings11
Average rating3.8
Corayne an-Amarat akhirnya belajar untuk menerima garis keturunan kunonya dan menyandang pedang ayahnya dengan percaya diri. Namun, meskipun dia berhasil menutup satu Poros, perjalanannya masih jauh dari kata selesai.
Ratu Erida dan suaminya, Taristan, membuka portal-portal lain menuju dunia yang penuh mimpi buruk, meluluhlantakkan kerajaan-kerajaan di seluruh penjuru Allward. Bersama sekelompok rekan yang tadinya mustahil bersatu, Corayne tidak punya pilihan selain membentuk pasukannya sendiri.
Namun terlambat, Taristan telah melepaskan sosok jahat yang jauh lebih terkutuk dibandingkan pasukan mayat hidupnya. Sesuatu yang mematikan menunggu di balik bayang-bayang, sesuatu yang mungkin akan membumihanguskan dunia.
Blade Breaker ini melanjutkan dimana Realm Breaker berakhir. Persekutuan yang terdiri atas Corayne, putri Cortael, Dom sang insan kekal, Sorasa sang pembunuh bayaran, Sigil sang pemburu hadiah, Charlie sang pemalsu, Andry si mantan Squire dan Valtik sang penyihir sepuh. Mereka masih berencana mengumpulkan sekutu untuk melawan Erida sang Ratu Galland dan suaminya Taristan, yang juga paman Corayne. Aku membuat list karakter-karakter lagi disini semata karena beberapa yang aku lupa.
Untuk cerita, aku merasakan nuansa seri A Song of Ice. Dengan banyak POV dan strategi politik serta strategi peperangan yang menonjol. Tapi aku merasa alurnya lambat sekali. Penceritaannya terlalu berputar-putar, pengulangan yang sebenarnya menurutku tidak terlalu perlu, dimana aku mengharapkan plot dan karakter lebih berkembang. Jadinya terasa lelah saja untuk buku dengan lebih dari 500 halaman.
Mungkin termasuk sindrom “buku tengah” karena merasa alurnya lambat dan perulangan yang terus terjadi. Namun aku masih akan memberi kesempatan untuk melanjutkan buku ketiganya.